CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Selasa, 12 Februari 2013

Last Chapter in "Strong"


Assalamualaikum wr wb

Wah nyampe juga di akhir chapter "Strong" kali ini ya Sob..?

apa kabar ente hari ini? siap untuk tersenyum? emang juga sebenernya tulisan-tulisan gw cuman mindahin dari FB ato Wordpress kemari aje... Makanya pake chapter. Nah cerita yang satu ini mayan seru nih jadi cerita di bawah ini adalah sebuah "re-tell" dari taujih seorang ustadz yang gw pernah simak (dengan sedikit modifikasi) ya udeh deh mari kita simak aje ya Sob!

....

Di negara antah barantah, alkisah... hiduplah sepasang pasutri yang memiliki kondisi perekonomian yang sangat tidak mendukung kehidupan pada zaman tersebut, namun Allah SWT menganugerahkan pasangan yang shaleh tersebut seorang anak laki laki... anak itu bernama Combel.

Alasan keuangan pun membuat keluarga tersebut kebingungan dalam merencanakan masa depan sang lelaki cilik, karenanya ayah dan ibu Combel sepakat untuk melepas anaknya ke sebuah perguruan Kungfu ternama, berharap dimasa depan, kungfu akan memperbaiki kondisi generasi penerus di keluarga miskin tersebut

Kala-Sak... nama perguruan yang merupakan singkatan dari Perguruan Kalajengking Sakti...

Combel pun dipertemukan dengan Sang Shivu... Li Bao. mereka menyebutnya...

"Dengan mengharap ridho Allah SWT wahai Shivu, tolong engkau didik anak ini agar beliau mengerti dan memahami ilmu kungfu yang sebenarnya" singkat ayah Combel...

"Insya Allah anak ini adalah harapan dan buah hati kami, namun kita tidak sanggup untuk menjaganya karena alasan ekonomi... wahai Shivu akankah engkau mendidik anak kami?" harap cemas sang ayah..

"Hmph... tentu saja... akan ku latih anak mu sehingga dia akan pantas untuk menerima jurus pamungkas perguruan ini!"

"terima kasih wahai Shivu, semoga Rahmat Allah bersama mu" doa sang ayah....

"Amin" sambut Shivu

....

18 tahun berlalu. Combel telah menjadi seorang pemuda yang siap untk dilatih secara frontal, saat itu umurnya 19 tahun

Combel: Wahai guru! aku sudah siap untuk berlatih dengan sungguh-sungguh... cepat ajarkan aku jurus perguruan ini!

Shivu: eits... tidak secepat itu nak, kamu bakal aku tes; yang paling pertama pergilah dengan mengangkat air dengan ember ini, ambilkan air dari 7 jenis sungai di negeri ini, setelah selesai, siapa tau aku akan mengajarkanmu jurus pamungkas perguruan ini.

Combel : (SUMPE LOH...?) dalam hati Combel... Siap Guru segera laksanakan!

3 minggu berlalu... Combel pun berhasil melaksanakan ujian tahap 1... ketika dia pulang...

Combel : Guru aku pulang!

Shivu : Bagus, namun sayang kau belum meresapi betul ujian tahap 1 tersebut, sebagai hukumannya kau harus memeras susu 200 unta di tiga jenis gurun yang berbeda, sekarang pergilah! (lagi)

Combel : haaaah...????? apa aku capek guru! tidak adakah kesempatan untuk santai sebentar?

Shivu : (mencoba memarahi). Apa Ibu mu merasa lelah ketika Beliau mengandungmu? apa Ia lelah ketika Ia menyusuimu? dan apa Ia lelah dan merasa putus asa ketika melahirkan mu? tidak..! tidak akan pernah! kenapa..? karena Ia sayang kepada mu... resapi itu dan pergilah!

Combel : (terhenyung...) baik guru, wis mi lak! Assalamualaikum!

Shivu : Waalaikumsalam wr wb!

.....

Meras memeras susu pun dimulai, dari unta satu ke unta lainya, dari gurun satu ke gurun lainnya, dan ketika Combel menginjak umur 20 tahun ia pun pulang ke perguruan Kala-Sak, merasa siap untuk diajarkan jurus legendaris dari sang Shivu,

namun...

Combel : Guru aku pulang! aku siap menerima ilmu pamungkas tersebut!

Shivu : Hmph... tidak! aku sedang malas, kembalilah beberapa minggu lagi...

Combel : (merasa kesal, marah) Grrrrr... WOI KAU MAU MENGAJARIKU ATAU TIDAK? aku sudah tidak sabar akan kelakukan mu!

Shivu : Hmph... dasar payah..! pulang lah ke negeri mu..! beri tahu ayah ibu mu bahwa aku tidak mau mengajari mu!

.....

maka combel pulang dengan tangan hampa dan memberitahu ayah dan ibunya, sontak sang ayah pun kecewa dengan sang Shivu dan berniat menuntut balik, maka sang ayah dan Combel menemui Shivu.

Ayah : Shivu! kau berbohong! tega2nya kau berjanji atas nama Allah akan mendidik dan mengajarkan anakku jurus pamungkas pergurusan ini.... tapi mana!? kau bagaikan caleg yang penuh janji (red)

Shivu : aku tidak berbohong kawan... aku menjaganya sesuai dengan permintaan mu...

Ayah : baik, aku percaya kepadamu kawan, tapi sekarang ajarkan anakku jurus pamungkas itu...

Shivu : baik, tapi tolong kau babat dulu pohon-pohon bambu dibelakang gedung ini...

Ayah&Combel : (wah ngeselin ni orang)

Combel : tidak ayah, aku akan tetap melaksanakan tugas itu sebagai bagian dari penghayatan perjuangan dalam hidup ku! (meski dengan penuh kekecewaan combel memberanikan diri untuk menyanggupi tugas tersebut)

Combel pun melangkah dengan kesal dan penuh amarah...

Ya Allah cobaan apa yang Engkau timpakan pada hamba-MU? dia berdoa dan langsung memulai tugasnya... dia keluarkan semua tenaga dan kemarahannya pada pohon-pohon bambu dibelakang gedung perguruannya... lalu apa yang terjadi...?

Dhuerrrr... Dhueeeaar.... Dhueerrrrr (sound efect hancurnya bambu, haha lebay)
hanya dengan satu pukulan tangan, satu ayunan kaki, dan satu sundulan, Combel menghancurkan ruas demi ruas pohon bambu yang katanya hidup selama berjuta-juta tahun di perguruan Kala-Sak... tanpa sadar hanya dengan beberapa detik dia menghabiskan pohon bambu tersebut! Luar Biasa!

Combel : hah? kok? bisa? (Combel kebingungan, berlari, mencoba menanyakan hal ini ke Sang Shivu)

Combel : Shivu...!?

Shivu : kau lihat sendiri bukan? kekuatan yang selama ini kau idam-idamkan telah bersemayam dalam jiwa ragamu selama ini, hanya kau tidak menyadarinya...!

Combel : kok bisa guru?

Shivu : setiap tahap dalam ujian yang aku titahkan kepadamu merupakan inti latihan kita selama bertahun-tahun ini wahai murid ku, kini bersyukurlah! kau telah menguasai Kungfu Peremuk Bambu! mungkin juga kini engkau lebih hebat daripada gurumu ini... ha ha ha..!

Ayah, Combel & Shivu : Alhamdulillah...!


Apa sih hikmah dari cerita diatas Sob..?

ketemu lagi dah di chapter-chapter berikutnya.... oke!

Chapter VI - Salt


"Air dan Garam" --> lah kayak judul lagu dangdut hehehehe kaga lah..

Seorang guru mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

Kenapa kau selalu murung, nak?

Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini?

Ke mana perginya wajah bersyukurmu?  sang Guru bertanya.

Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh; Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.

Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu, kata Sang Guru. ?Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

Bagaimana rasanya..? tanya Sang Guru.

Asin, dan perutku jadi mual, jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

Sekarang kau ikut aku.Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.?

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan Sang Mursyid (guru), begitu pikirnya.

Sekarang, coba kau minum air danau itu,kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, Bagaimana rasanya??

Segar, segar sekali,kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.

Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi??

Tidak sama sekali,kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

Nak, kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Tuhan, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.?


Si murid terdiam, mendengarkan.


Tapi Nak, rasa asin dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu jadi sebesar danau..

Dan selalulah bisa mempunyai hati yg selalu bisa mengucap syukur untuk segala hal yg terjadi dalam hidup kita.

Chapter V - Honesty


Pada suatu hari ada seorang penebang kayu sedangmenebangi cabang sebuah pohon yang melintang di atas sungai. Tiba-tiba kapaknya terjatuh ke sungai itu.

Ketika ia mulai menangis, Ada Peri menampakkan diri dan bertanya,

"Mengapa kamu menangis?"

Si penebang kayu menjawab bahwa kapaknya telah terjatuh ke dalam sungai.

Segera Peri masuk ke dalam air dan muncul dengan sebuah kapak emas.

"Inikah kapakmu?" Peri bertanya.
"Bukan" si penebang kayu menjawab.

Peri masuk kembali ke air dan muncul dengan kapak perak.
"Inikah kapakmu?" Peri bertanya.
"Bukan" si penebang kayu menjawab.

Sekali lagi Peri masuk ke air dan muncul dengan kapak besi.

"Inikah kapakmu?" Peri bertanya.

"Ya" jawab si penebang kayu. Peri sangat senang dengan kejujurannya dan memberikan ketiga kapak itu kepadanya. Si penebang kayu pulang ke rumahnya dengan hati bahagia.

Beberapa waktu kemudian, si penebang kayu berjalan-jalan di sepanjang sungai dengan istrinya. Tiba-tiba sang istri terjatuh ke dalam sungai.

Ketika ia mulai menangis, Peri menampakkan diri dan bertanya,
"Mengapa kamu menangis?"
Si penebang kayu menjawab bahwa istrinya telah terjatuh ke dalam sungai.

Segera Peri masuk ke dalam air dan muncul dengan Britney Spears.
"Inikah istrimu?" Peri bertanya.
"Ya" si penebang kayu menjawab.

Mendengar itu, Peri menjadi sangat marah. "Kamu berbuat curang! Aku
akan mengutukmu..." tegur Peri.

"Etetetetetet.... Nanti dulu bu Bos," si penebang kayu segera menjawab.

"Maafkan saya, ya Ibu Peri. Ini hanya kesalahpahaman belaka. Kalau saya berkata "Bukan" pada Britney Spears, Engkau pasti akan muncul kembali dengan Christina Aguilera. Kalau saya juga berkata "Bukan" kepadanya, pada akhirnya Engkau pasti akan muncul dengan istri saya. Dan ketika saya berkata "Ya", Engkau pasti akan memberikan ketiganya.

JUJUR..! Saya tidak bisa berlaku adil, dan saya adalah orang miskin. Saya tidak akan mampu menghidupi mereka bertiga. Itu sebabnya saya menjawab "Ya".

-diambil dari salah satu web page terkenal dengan beberapa editan-

Chapter IV - Laughable


Tuhan memanggil pejabat dari negara Amkerika Serikat, Cina, dan Indonesia, Dia mengabarkan bahwa besok dunia akan kiamat. Maka ketiga presiden itu segera bicara pada rakyatnya.

Pejabat Amerika : Ada berita baik dan berita buruk rakyatku. Berita baiknya, Tuhan ternyata benar-benar ada. Berita buruknya adalah, besok dunia akan kiamat.

Pejabat Cina : Ada berita buruk dan berita buruk sekali rakyatku. Berita buruknya, Tuhan ternyata benar-benar ada, dan berita buruk sekalinya, besok dunia akan kiamat.

Pejabat Indonesia : Ada kabar baik dan baik sekali rakyatkau, berita baiknya, Tuhan ternyata benar-benar ada. Dan berita baik sekalinya, besok pagi semua masalah negara ini akan selesai.

hehehe

Chapter III - Conviction..!


Terkadang dalam perjuangan kita berada dalam kesendirian. Mengobati luka dan menghapus duka sendirian. Keimanan dan sikap tawakal lah yang membuat diri selalu yakin bahwa kita pasti menang.

Kesendirian mengantarkan kita memasuki istana Allah yang megah. Mengajarkan kepada kita bahwa hanya Allah lah tempat bersandar. Tempat mengadu. Tempat meminta. Tempat bersimpuh dan berusujud. Tempat kita berbagi cerita dan derita. Allah lah tempat kita mengembalikan semua masalah. Dan pada akhirnya setelah kita berserah diri, Allah karuniakan energi baru untuk bangkit. Untuk terus berdiri tegar menghadapi setiap tantangan dan ujian dalam kehidupan.

Bulir – bulir air mata saat kita merendahan diri di hadapan Nya, menyuburkan taman – taman keimanan dalam hati. Menumbuhkan kembali bunga – bunga harapan yang mungkin nyaris layu beriring waktu.

Kepala yang semakin tertunduk seiring hati yang menderu dan tubuh yang bergetar, mengantarkan kenikmatan yang tak terlukiskan oleh kata maupun pena. Sebuah perjalanan jiwa yang menenteramkan mata, menyejukkan hati dan melapangkan dada. Seolah kita sedang mereguk sepuas – puasnya air dari telaga Syurga atau sedang menghirup dalam – dalam wewangian Syurga.

Kesendirian dalam perjuangan bukan berarti keluar dari fitrah manusia untuk bekerjasama. kesendirian adalah saat – saat dimana engkau dipercaya untuk berhadapan dengan masalah sendirian lalu membawa kemenangan dan kebahagiaan untuk semua orang.

Engkau yang terpilih. Akankah engkau menjawab panggilan ini? Akankah engkau memikul amanah yang bahkan Gunung dan Matahari enggan untuk memikulnya? 
Akankah kalian akan saling berlomba dalam mengapai RidhaNYA?

Angkat dagumu
Sebab masa depan bukan dibelakangmu

Kepalkan tanganmu
Sebab kau haram menyerah

Pandanglah mentari hingga ia terbakar
Dan membakar segala ragu

Petiklah bintang hingga ia berjatuhan dalam hatimu
Agar kau tak hilang arah

Elang terbang karena ia mengepakkan sayapnya
Air jernih karena ia terus mengalir

Hanya kematian yang membuamu berhenti
Sebab langkahmu telah diberkahi Sang Pencipta

-Tulisan, 2009-

Chapter ??? Iseng aje Bro


suatu hari...

AYAM, SAPI, DAN BABI akan menyeberangi sungai yang ada BUAYA nya

saat AYAM lewat langsung dimakan sang BUAYA

lalu SAPI dengan ketakutan pun lewat dan langsung dimakan jg sm sang BUAYA

TAPI ketika giliran BABI lewat sang BUAYA hanya diam saja

BABI pun jd heran dan bertanya kepada BUAYA itu

"hey buaya kenapa aku tidak kamu makan saja sekalian?"




lalu sang BUAYA menjawab

"SORRY BRO ANE MUSLIM"

hehe just for fun

Chapter II - Kekuatan Berbaik Sangka

ada banyak hal yang tak pernah kita minta tapi Allah tiada alpa menyediakannya untuk kita
seperti nafas sejuk, air segar, hangat mentari, dan kicau burung yang mendamai hati jika demikian, atas doa-doa yang kita panjatkan bersiaplah untuk diijabah lebih dari apa yang kita mohonkan

Seorang kawan bertanya dengan nada mengeluh.
“Dimana keadilan Allah?”, ujarnya. “Telah lama aku memohon dan meminta padaNya satu hal saja. Kuiringi semua itu dengan segala ketaatan padaNya. Kujauhi segala laranganNya. Kutegakkan yang wajib. Kutekuni yang sunnah. Kutebarkan shadaqah. Aku berdiri di waktu malam. Aku bersujud di kala Dhuha. Aku baca kalamNya. Aku upayakan sepenuh kemampuan mengikuti jejak RasulNya. Tapi hingga kini Allah belum mewujudkan harapanmu itu. Sama sekali .”

Saya menatapnya iba. Lalu tertunduk sedih. “Padahal,” lanjutnya sambil kini berkaca-kaca.
 

“Ada teman lain yang aku tahu ibadahnya berantakan. Wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhlaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya bocor. Tapi begitu dia berkata menginginkan sesuatu,
hari berikutnya segalanya telah tersaji. Semua yang dia minta didapatkannya. Dimana keadilan Allah?”

Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk menghakiminya.  Saya bisa saja mengatakan, “Kamu sombong. Kamu bangga diri dengan ibadahmu. Kamu menganggap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana Iblis telah terlena! Jangan heran kalau doamu tidak diijabah. Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan. Nilai dirimu hanyalah anai-anai yang
berterbangan.

Mungkin kawan yang kau rendahkan jauh lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah karena dia merahasiakan amal shalihnya!” Saya bisa mengucapkan itu semua. Atau banyak kalimat kebenaran lainnya. Tapi saya sadar. Ini ujian dalam dekapan ukhuwah. Maka saya memilih sudut pandang lain yang saya harap lebih bermakna baginya daripada sekadar terinsyafkan sekaligus terluka. Saya khawatir, luka akan bertahan jauh lebih lama daripada kesadarannya. Maka saya katakan padanya,

“Pernahkah engkau didatangi pengamen? ”

“Maksudmu?”

“Ya, pengamen,” lanjut saya seiring senyum. “Pernah?”

“Iya. Pernah.” Wajahnya serius. Matanya menatap saya lekat-lekat.

“Bayangkan jika pengamennya adalah seorang yang berpenampilan seram, bertato, bertindik, dan wajahnya garang mengerikan. Nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suaranya kacau, balau, sengau, parau, sumbang dan cemprang. Lagunya malah menyakitkan ulu hati, sama sekali tak dapat dinikmati. Apa yang akan kau lakukan?”

“Segera kuberi uang,” jawabnya, “Agar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi.” “Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas, mirip sempurna dengan Ebiet G. Ade atau Sam Bimbo yang kau suka, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi; apa yang kau lakukan?”
“Kudengarkan, kunikmati hingga akhir lagu,” dia menjawab sambil memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu.

“Lalu kuminta dia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi. Dan lagi.”

Saya tertawa. Dia tertawa. “Kau mengerti kan?” Tanya saya. “Bisa saja Allah juga berlaku
begitu pada kita, para hambaNya. Jika ada manusia yang fasik, keji, munkar, banyak dosa, dan dibenciNya berdoa memohon padaNya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat: ‘Cepat
berikan apa yang dia minta. Aku muak mendengar ocehannya.

Aku benci menyimak suaranya. Aku risi mendengar pintanya!” “Tapi,” saya melanjutkan sambil memastikan dia mencerna setiap kata..

“Bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintaiNya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang menyempurnakan yang wajib dan menegakkan sunah; maka mungkin saja Allah berfirman pada malaikatNya: ‘Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sungguh Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hambaKu ini terus meminta, terus berdoa, terus mengiba. Aku menyukai doa-doanya. Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menyukai khusyu’ dan tunduknya.

Aku menyukai puja dan puji yang dilantunkannya. Aku tak ingin dia menjauh dari Ku setelah mendapat apa yang ia pinta. Aku mencintaiNya.

“Oh ya?” matanya berbinar . “Betul demikiankah yang terjadi padaku?”

“Hm… Pastinya aku tak tahu,” jawab saya sambil tersenyum. Dia agak terkejut. Segera saya sambung sambil menepuk pundaknya, “Aku hanya ingin kau berbaik sangka.”

Dan dia tersenyum. Alhamdulillah.

(taken from : “Dalam dekapan ukhuwah”, Salim A. Fillah)

Wallahu’alam.